Lompat ke konten
Mahasiswa Pendidikan Khusus Kembangkan Barbie Doll Edukatif untuk Remaja Tunagrahita

Mahasiswa Pendidikan Khusus Kembangkan Barbie Doll Edukatif untuk Remaja Tunagrahita

Bandung, 8 Mei 2024 – Sebuah inovasi media pembelajaran menarik dikembangkan oleh mahasiswa program studi Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2021. Tim yang terdiri dari Anira Zakiyyah Febrianti, Elvina Hapsari, Intan Suci Permatasari, Naila Cynthia Fajrin, Wafda Arafah, dan Khairunnisa menciptakan boneka Barbie sebagai alat peraga edukatif untuk mengajarkan kebersihan reproduksi pada remaja dengan gangguan intelektual dan perilaku.

Media pembelajaran ini, yang diberi nama “Barbie Doll” : Media Demonstrasi Edukasi Kebersihan Reproduksi saat Menstruasi”, bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang struktur anatomi alat reproduksi, konsep gender, kekerasan berbasis gender, serta cara menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi. Penggunaan boneka sebagai alat peraga diharapkan dapat membantu anak tunagrahita dengan gangguan perilaku memahami materi yang sering kali sulit dijelaskan secara abstrak.

“Anak-anak tunagrahita sering kali mengalami kesulitan memahami cara-cara membersihkan alat reproduksi, batasan-batasan sentuhan fisik dan nonfisik yang harus terjaga antar individu, serta bagian-bagian dari alat reproduksi mereka. Melalui Barbie Doll ini, kami berharap dapat memberikan pemahaman yang lebih konkret dan mudah dipahami,” ujar Anira Zakiyyah Febrianti, salah satu pengembang media ini.

Implementasi media pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tunagrahita dalam menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi mereka. Selain itu, Barbie Doll ini juga mengajarkan mereka tentang hak atas tubuh sendiri dan pentingnya mengenali serta mencegah kekerasan berbasis gender.

“Dengan Barbie Doll ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang kebersihan reproduksi tetapi juga mengenal nama ilmiah organ reproduksi, fungsi vagina, ciri fisik dan non-fisik dari pubertas, serta memahami hak-hak mereka dalam menjaga privasi tubuh,” tambah Elvina Hapsari.

Para pengembang media ini berharap inovasi ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam mencapai target Indonesia Emas pada tahun 2045. Dengan memberikan pendidikan yang tepat dan mudah dipahami, mereka percaya bahwa anak-anak tunagrahita dapat memiliki masa depan yang lebih sehat dan aman.

Perubahan yang dicapai melalui implementasi media pembelajaran ini mencakup peningkatan pengetahuan anak tentang organ reproduksi, pengenalan fungsi tubuh selama pubertas, serta pemahaman tentang kekerasan berbasis gender. Dengan demikian, diharapkan anak-anak tunagrahita dapat lebih mandiri dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan organ reproduksi mereka.

Bahasa
Skip to content