Lompat ke konten

Penguatan Inovasi Pendidikan Inklusi: Prodi PKh UPI dan NAC Matangkan Konsep Innovation Lab

Bandung, 13 Maret 2025, Program Studi Pendidikan Khusus (PKh) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengadakan diskusi di Ruang Rapat PKh lantai 2, membahas rencana pengembangan Innovation Lab sebagai pusat riset dan pengembangan pendidikan inklusi. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya memperkuat praktik pendidikan inklusi melalui riset-riset berbasis lapangan.

Prof. Endang Rochyadi selaku inisiator menyampaikan bahwa Innovation Lab diharapkan tidak hanya menjadi wadah riset konseptual, tetapi juga mampu menghasilkan praktik-praktik baik yang bisa diimplementasikan di sekolah dan perguruan tinggi. Ia menegaskan bahwa fokus utama Innovation Lab adalah membangun model-model nyata pendidikan inklusi yang bisa menjadi rujukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Inovasi yang dihasilkan diharapkan mampu menjadi solusi atas berbagai persoalan yang selama ini terjadi dalam praktik pendidikan inklusi.

Ian Kaplan dari NAC memberikan pandangannya bahwa Innovation Lab memiliki potensi besar menjadi pusat pengembangan berbasis riset tindakan (action research). Ia menekankan pentingnya membedakan lab ini dari pusat-pusat riset lain di UPI seperti LPPM, dengan menjadikan Innovation Lab lebih aplikatif dan responsif terhadap kebutuhan nyata di lapangan. Selain itu, Ian juga mengusulkan agar lab ini tidak hanya berorientasi pada mahasiswa, tetapi juga melibatkan siswa, guru, dan orang tua dalam seluruh proses pengembangan.

Dalam kesempatan yang sama, Ibu Juhanaini dari DIFUSI Inklusi menjelaskan bahwa DIFUSI lebih berorientasi kepada implementasi kebijakan inklusi di lingkungan kampus, seperti menciptakan kampus tanpa hambatan (free barrier campus) dan menyamakan persepsi tentang pendidikan inklusi di seluruh fakultas. Ia mengingatkan pentingnya membangun sistem komunikasi yang jelas agar peran DIFUSI dan Innovation Lab tidak saling tumpang tindih.

Diskusi kemudian mengerucut pada perlunya langkah konkret untuk menghidupkan Innovation Lab, salah satunya melalui pembentukan kepengurusan yang jelas di bawah naungan Prodi PKh. Bu Juhanaini juga menyampaikan bahwa sudah ada beberapa SLB yang dapat dijadikan sebagai mitra dalam pengembangan lab, berangkat dari kegiatan lesson study yang sudah berjalan.

Dalam pertemuan tersebut, juga dibahas berbagai tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan sumber daya manusia, waktu luang dosen, dan kesiapan dosen untuk terlibat secara aktif. Ian Kaplan menyarankan agar Innovation Lab memulai dengan proyek-proyek kecil yang realistis, dengan membentuk tim kecil yang beranggotakan dosen berpengalaman dan dosen muda yang memiliki motivasi tinggi. Menurutnya, penting untuk membangun proses secara bertahap agar inovasi yang dihasilkan lebih kokoh dan berkelanjutan.

Salah satu langkah awal yang disepakati adalah melakukan pendataan profil dosen yang pernah berinteraksi dengan mahasiswa disabilitas. Dari data tersebut, akan dipilih dosen-dosen yang siap dan bersedia mendukung pengembangan proyek kecil sebagai bagian dari implementasi Innovation Lab. Selain itu, ide untuk menyebarkan angket kepada dosen guna memetakan kebutuhan dan tantangan dalam pelayanan kepada mahasiswa disabilitas juga mengemuka.

Diskusi ini ditutup dengan semangat kolaborasi yang tinggi, dengan tekad untuk memulai perubahan kecil yang berdampak besar. Innovation Lab diharapkan menjadi wadah yang tidak hanya menghasilkan penelitian, tetapi juga menginspirasi perubahan kebijakan dan praktik pendidikan inklusi di tingkat lokal maupun nasional.