Kelompok tiga PKRSPK Universitas Pendidikan Indonesia yang terdiri dari mahasiswa Pendidikan Khusus (Angkatan 2020) yaitu MH Faja Nurfauzan, Fathia Ramadhanty, Fernanda Kirana, Nisya Rodiantini, dan Zihan Fauzi Januart melaksanakan kegiatan PKRSPK tentang pembelajaran pubertas yang diselenggarakan di SLB Negeri Sukapura Kota Bandung pada Bulan Mei hingga awal Juni.
Perhatian terhadap kesehatan reproduksi di Sekolah Luar Biasa (SLB) menjadi semakin penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam artikel ini, kita akan membahas terkait program kesehatan reproduksi yang telah diterapkan di SLB Negeri Sukapura serta dampaknya yang positif terhadap perkembangan anak berkebutuhan khusus.
Mahasiswa jurusan Pendidikan Khusus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Angkatan 2020 diikutsertakan dalam program PKRSPK (Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas dalam Pendidikan Khusus) yang tercipta dari hasil kerja sama antara Departemen Pendidikan Khusus UPI dengan Rutgers Indonesia dan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia. Pelaksanaan program ini membagi kelas mahasiswa menjadi tiga kelas sesuai dengan spesialisasi atau penjurusan mahasiswa.. Di bawah bimbingan Ibu Dr. Hj. Tati Hernawati, M. Pd dan Bapak dr. Setyo Wahyu Wibowo, M. Kes. pada kelas B dengan spesialisasi atau penjurusan hambatan pendengaran (tunarungu), program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada anak berkebutuhan khusus tentang perubahan fisik dan nonfisik yang dialami selama masa pubertas.
Melalui program PKRSPK ini mahasiswa yang terlibat dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman anak berkebutuhan khusus terkait kesehatan reproduksi, di mana anak berkebutuhan khusus membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, khususnya dalam menghadapi perubahan fisik dan nonfisik selama masa pubertas, hal ini juga dapat membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan dan mengelola perubahan tersebut dengan baik. Melalui pendekatan yang inklusif dan mendalam pada pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual, anak berkebutuhan khusus dapat merasa lebih percaya diri dan mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk menghadapi transisi penting ini dalam kehidupan mereka.
PKRSPK ini secara umum dilaksanakan di beberapa sekolah, namun pada kelompok mahasiswa yang dipimpin oleh MH Faja Nurfauzan ini dilaksanakan di SLB Negeri Sukapura. Pelaksanaan kegiatan ini tidak hanya dibimbing oleh dosen pembingan saja, namun sekolah membantu dengan mengutus salah satu guru pamong dalam membimbing mahasiswa yaitu Ibu Mamah Suryamah, S. Pd .
Kegiatan ini terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu observasi, asesmen, dan implementasi. Observasi dilakukan dengan bertanya kepada pihak sekolah tentang bagaimana pemahaman anak terhadap kesehatan reproduksi dan seksualitas, serta program apakah yang sudah diterapkan sekolah untuk memberikan pemahaman kepada anak terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman anak tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas menurut sudut pandang pihak sekolah sehingga mahasiswa jurusan Pendidikan Khusus UPI dapat memberikan pembaharuan bagi sekolah dalam bentuk program pembelajaran yang nantinya akan diterapkan kepada anak. Tahap selanjutnya yaitu asesmen, pada tahap ini, mahasiswa dapat langsung bertemu anak untuk memberikan beberapa soal asesmen yang dapat mengukur apa saja yang menjadi kemampuan dan kebutuhan anak terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas. Tahapan asesmen ini penting untuk dilaksanakan karena setelah diketahui kemampuan dan kebutuhan anak terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas, dapat membantu mahasiswa dalam membuat program yang sesuai bagi anak, sehingga penerapannya nanti akan lebih efektif.
Melalui hasil observasi dan asesmen, dibuatlah program pembelajaran kesehatan reproduksi dan seksualitas dengan pokok bahasan tentang memahami perubahan fisik dan nonfisik pada masa pubertas. Pada kegiatan ini, pembuatan program pembelajaran disusun untuk subjek siswa berinisial AD dengan program pembelajaran yang diindividualkan dan dilaksanakan secara klasikal. Capaian pembelajaran dalam program pembelajaran ini diambil dari Capaian Pembelajaran progsus (program khusus) fase D untuk anak tunarungu. Program pembelajaran diterapkan sebanyak 3 kali dengan rincian waktu masing-masing 2 jam pembelajaran. Agar pembelajaran dapat tersampaikan dengan lebih bermakna, pada program pembelajaran ini metode yang digunakan ialah metode pembelajaran discovery learning. Metode pembelajaran discovery learning adalah proses memahami konsep dari materi secara aktif dan mandiri untuk akhirnya sampai pada kesimpulan. Penerapan metode pembelajaran discovery learning pada pembelajaran ini bertujuan agar anak dapat lebih aktif terlibat dalam mengeksplorasi dan memahami perubahan fisik dan nonfisik pada masa pubertas melalui observasi langsung, diskusi kelompok, dan percobaan sederhana.
Selain pengemasan metode pembelajaran yang bermakna, pelaksanaan pembelajaran agar lebih informatif dan menarik, maka diperlukan sebuah media pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan anak dalam proses pembelajaran. Dalam upaya memberikan informasi yang efektif dan efisien, mahasiswa melakukan inovasi dengan membuat media pembelajaran mading interaktif. Sesuai dengan namanya, mading ini dibuat untuk menciptakan interaksi antara guru dan anak ketika proses pembelajaran. Tidak jauh berbeda dengan mading pada umumnya, namun mading interaktif ini dapat menggambarkan ciri-ciri fisik dan nonfisik pada masa pubertas baik pada laki-laki maupun perempuan dengan lebih jelas karena siswa dapat memainkan mading dengan membuka gambar atau menggeser gambar sesuai perubahan yang terjadi di masa pubertas.
Berdasarkan keseluruhan hasil implementasi, terdapat perubahan yang cukup signifikan pada pelaksanaan pembelajaran terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas. Apabila dibandingkan pada saat sebelum mendapatkan program dengan sesudah diberikan program, pemahaman siswa AD dan siswa lainnya di SLB Negeri Sukapura tentang perubahan fisik dan nonfisik di masa pubertas mengalami peningkatan dilihat dari persentase hasil jawaban benar anak pada soal yang diberikan serta unjuk kerja anak pada saat diberikan soal keterampilan.
Melalui program PKRS ini, mahasiswa Pendidikan Khusus UPI berhasil memberikan dampak positif bagi anak-anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Sukapura. Mereka tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga memperkuat rasa percaya diri mereka dalam menghadapi perubahan tubuh di masa pubertas. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi di kalangan anak berkebutuhan khusus.