Bandung, 13 Mei 2024 – Tim mahasiswa program studi Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia angkatan tahun 2021 telah mengembangkan sebuah media pembelajaran inovatif bernama “Seka Dion”. Tim yang terdiri dari Annisa Latifah Trishadi, Fashihah Rahmanissa, Fatimah Aulia Khasanah, Isya Nurfitri, dan Shinta Dewi Kusumastuti ini menciptakan maneken bersuara sebagai alat edukasi seksual bagi anak-anak dengan tunagrahita ringan.
“Seka Dion” adalah sebuah media semi-konkret berupa maneken yang dilengkapi dengan sensor inframerah pada enam titik: leher, dada kanan dan kiri, pinggang kanan dan kiri, serta kemaluan. Sensor-sensor ini dirancang untuk mengeluarkan suara “tidak boleh disentuh” ketika area privasi pada maneken disentuh. Inovasi ini bertujuan mengajarkan anak-anak tunagrahita ringan tentang area tubuh yang tidak boleh disentuh, baik pada diri sendiri maupun orang lain.
“Inspirasi kami datang dari kasus nyata di sekolah, di mana subjek sering kali memegang kemaluan teman lawan jenisnya, hingga mendapatkan peringatan dari pihak sekolah. Kami ingin memberikan solusi yang efektif melalui media pembelajaran yang interaktif dan mudah dipahami,” ujar Annisa Latifah Trishadi, salah satu pengembang Seka Dion.
Setelah diimplementasikan, Seka Dion terbukti efektif. Anak-anak mampu memahami area tubuh mana saja yang termasuk privasi dan tidak boleh disentuh. Ketika subjek mendekatkan tangan ke area privasi pada maneken, suara peringatan dari Seka Dion membuat mereka segera menjauhkan tangannya. Hal ini membantu mereka memahami dan menerapkan batasan yang tepat dalam interaksi sehari-hari.
“Subjek menjadi lebih peka dan berhati-hati dalam menyentuh bagian tubuh orang lain maupun diri sendiri. Mereka sekarang tahu area mana yang boleh dan tidak boleh disentuh, berkat pembelajaran interaktif dari Seka Dion,” tambah Fashihah Rahmanissa.
Media pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi alat edukasi seksual yang efektif dan aman untuk anak-anak tunagrahita ringan, mengurangi perilaku tidak pantas serta meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya menjaga privasi tubuh. Tim pengembang berharap inovasi ini dapat diterapkan secara luas di sekolah luar biasa, memberikan manfaat nyata bagi anak-anak yang membutuhkan pendidikan khusus.