Bandung, 13 November 2024 – Pada hari kedua South-South North Symposium on Inclusion and Diversity in Education 2024, beragam kegiatan menginspirasi peserta yang hadir di Ruang Rapat Lt 3 FIP UPI, Bandung. Simposium ini berfokus pada isu pendidikan inklusif dan melibatkan peserta dari berbagai negara.
Kegiatan dimulai dengan pemutaran film Invisible Hopes, karya Lamtiar Simorangkir, yang telah memenangkan Piala FFI 2021. Film ini menggambarkan realitas perempuan yang hamil dan membesarkan anak di dalam penjara, memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan mereka di balik jeruji.
Sesi penelitian dilanjutkan dengan pemaparan dari Dr. Elga Andriana, S.Psi, M.Ed, Ph.D., dari Universitas Gadjah Mada, yang meneliti pandangan anak-anak terhadap pendidikan inklusif melalui foto yang mengungkapkan perasaan mereka. Abdul Aziz, M.Pd., Kepala Unit Layanan Disabilitas Universitas Hamzanwadi, berbagi pengalaman tentang praktik inklusif yang berhasil meningkatkan literasi siswa di Lombok.
Sesi kolaborasi dibuka oleh Prof. Dr. Didi Sukyadi, M.A., Wakil Rektor Bidang Riset, Kemitraan, dan Usaha. Dilanjutkan oleh Mustafa Himmati dari NAC Oslo yang memaparkan pengalaman hidup dan aspirasi penyandang disabilitas di Afghanistan. Dr. Dante Rigmalia, Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND), membahas kebijakan pendidikan untuk anak-anak disabilitas di Indonesia. Dr. Budi Hermawan, M.Phill., Kepala KCD Wilayah IV Jawa Barat, juga berbagi mengenai model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan peer teaching.
Penutupan simposium diisi dengan presentasi kolaborasi antara Afghanistan, Indonesia, dan Norwegia dalam menyusun terminologi inklusi dan rencana aksi untuk Indonesia. Prof. Dr. Mette Halskov Hansen, Wakil Rektor University of Oslo, menyampaikan closing statement dan apresiasi atas kontribusi para peserta dalam menggerakkan pendidikan inklusif di tingkat global.
Pada sesi praktik, para peserta mendiskusikan rekomendasi untuk mengembangkan inklusi dan keragaman di Indonesia. Sesi ini dipandu oleh Ian Kaplan dari NAC dan Zakki Gunawan dari UNESCO Jakarta, serta diikuti oleh Tryastuti Irawati Belliny Manullang dari Komisi Nasional Disabilitas.